Saturday, June 28, 2014

Untuk Kita, Mah…

Zaman masih ABG, saya sering sekali bertengkar dengan ibu saya (Mamah). Itu karena kami sama-sama keras kepala. Istilah Sundanya sih, pakeukeuh-keukeuh, hihihi…. Selain keras kepala (yang untungnya sekarang ini sudah bermetamorfosis menjadi sama-sama mencoba untuk saling mengerti), masih banyak kesamaan kami yang lain. Salah satunya kesamaan hobi.

Menari
Ketika SMA, saya memilih tari sebagai kegiatan ekstrakurikuler. Tahun kedua, kegiatan tari yang saya jalani semakin padat. Selain karena menjadi pengurus, juga karena banyak event yang kami ikuti (baik kompetisi ataupun pentas biasa). Menjelang pentas, latihan pun semakin intensif. Setiap hari, dan bisa sampai malam, bahkan pagi.

Tentu saja, kegiatan tersebut membuat Mamah khawatir. Beliau melarang saya untuk menari lagi, karena takut mengganggu waktu belajar saya. Walaupun saya tidak menghiraukan larangannya (dan berjanji baru akan tidak aktif lagi di ekskul tari apabila sudah masuk tahun ketiga), namun tetap saja saya merasa sedih, merasa hobi saya tidak didukung.

Kenyataan yang mencengangkan, saya ketahui ketika pelatih tari bercerita bahwa dia pernah bertemu dengan teman kerja Mamah dalam sebuah pesta. Dari teman kerja Mamah, pelatih tari saya mengetahui bahwa Mamah sering bercerita (tentunya dengan ekspresi bangga) tentang saya dan kegiatan tari saya. Rasanya terharu mengetahui bahwa sebenarnya Mamah bangga pada saya. Larangannya hanya bentuk kekhawatiran orang tua pada anaknya. Kekhawatiran yang tidak terbukti, karena setelah lulus dari SMA, saya diterima kuliah di institut teknologi di Bandung (dan lagi-lagi memilih tari sebagai kegiatan lain di kampus) :p

Beberapa waktu yang lalu, Mamah pernah bercerita bahwa waktu masih gadis, beliau juga sempat berangan-angan untuk menjadi penari. Sayang, hobinya tersebut tidak tersalurkan, karena Mamah hanya berani menari sendiri di dalam kamar. Nah, sebulan setelah menikah dengan Papah, sepulang dari menonton Flash Dance di bioskop, Mamah menari-nari sendiri di dalam kamar, namun setelahnya langsung mual dan pusing. Ternyata mualnya bukan karena menari, tetapi karena sudah ada saya di dalam kandungannya, hohoho…. Wajar kan kalau saya hobi menari juga (walaupun sekarang saya juga sudah pensiun menari) ;) 

Menulis
Sebagai lulusan Sastra Inggris, Mamah juga hobi menulis. Dulu, Mamah pernah membuat tulisan dan mengirimnya ke media cetak, tetapi tidak ada yang berhasil dimuat. Mamah juga pernah bercita-cita untuk menyusun sebuah buku, tetapi sampai sekarang belum tercapai. Sekarang ini Mamah bekerja di Bagian Humas dan selalu menulis laporan perjalanan untuk ditayangkan di website kantor. Lumayan lah, setidaknya hobinya bisa sedikit tersalurkan :D

Meskipun baru beberapa tahun ini saya mulai menekuni hobi menulis (sejak Jav lahir dan saya berhenti bekerja), namun beberapa cerpen saya sudah pernah diterbitkan dalam buku antologi (semoga suatu saat bisa menerbitkan novel…). Selain itu beberapa tulisan saya juga sudah pernah dimuat di media cetak.

Prestasi yang tidak seberapa. Namun saya berjanji untuk terus mengembangkan hobi ini. Selain sebagai sarana untuk berekspresi, saya juga ingin mempersembahkan pencapaian yang saya dapatkan dari hobi menulis ini untuk Mamah…. Demi hobi saya sendiri…. Juga demi hobi Mamah yang belum sempat tersalurkan….

Saya - Mamah - Jav (Dok. Pribadi)
Psssttt.... Meskipun belum bisa disebut hobi, tapi saya dan Mamah senang liburan bersama. Bahkan, kami pernah berharap bisa mencoba wisata pesiar mewah atau camping dengan fasilitas ala hotel hihihi....

~~~

Tulisan ini diikutsertakan dalam "3rd Giveaway : Tanakita - Hobi dan Keluarga".


12 comments :

  1. Beruntung deh Mbak, sehobi dengan Mama. Jadinya kalau ngobrol langsung nyambung ya :)

    ReplyDelete
  2. Hohoho ... saya ikut geli sendiri baca ini ,,, Mamah menari-nari sendiri dan langsung mual dan pusing ...ternyata sudah ada saya di dalam kandungannya ... :) itulah kodrat perempuan ...

    mampir juga di cerita “The Silly Moment GA saya ya ... :P

    ReplyDelete
  3. Mamah dan anak yang sama2 keren :)

    Ehm, satu warning buat saya, dan spy mbak Lia berjaga2, saya mengenali anak2 saya adalah anak2 yang keras hati tapi saya kemudian maklum karena saya dan papanya termasuk orang yang keras hati. Karakter dan kesukaan orang tua bisa menurun pada anaknya, memang :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. iya mba, saya suka pusing klo jav udah mulai keukeuh, pdhl itu turunan... smoga bisa diarahkan spy keukeuhnya utk hal2 yg baik aja :)

      Delete
  4. Senangnya bisa samaan gitu hobi menulisnya, sukses ya GA nya

    ReplyDelete
  5. terimakasih banyak untuk partisipasinya. Pesryaratan sudah legkap. Tercatat :)

    ReplyDelete
  6. semoga menang ya mbak bisa kemping di tanakita

    ReplyDelete