Saturday, March 2, 2013

Menyapih Jav

Alhamdulillah..
Akhirnya Jav lulus Weaning With Love *jingkrak jingkrak* hihihi.

Di sini saya hanya akan menulis pengalaman saya saja ya. Saya tidak akan memberikan tips WWL karena sudah banyak artikel yang membahas tentang itu. Namun artikel yang paling saya suka adalah artikel ini. Selain memberikan tips tentang WWL, artikel ini memberi saya pencerahan karena menjelaskan hal yang belum pernah saya temukan di artikel lain. Bahwa inti dari WWL itu bukan mengenai kapan anak mulai berhenti menyusu, tetapi mengenai kapan orang tua mulai menyapih dan anak sendiri lah yang memutuskan kapan dia mau berhenti menyusu.

Sampai dua minggu yang lalu, rupanya saya belum benar-benar mulai menyapih Jav. Sebenarnya saya sudah sounding pada Jav tentang berhenti menyusu sejak umurnya 20 bulan. Namun setiap dia meminta untuk menyusu dan saya ingatkan bahwa 'nenen untuk bayi', dia selalu tidak terima seakan tidak mengerti. Padahal untuk hal-hal lain, Jav selalu mengerti sehingga saya menyimpulkan bahwa Jav memang belum siap untuk disapih. Saking tergila-gilanya dengan nenen, meskipun perhatian Jav sudah dialihkan dengan hal lain, untuk sementara perhatiannya memang dapat teralihkan, tapi beberapa saat kemudian pasti ingat lagi. Bahkan setelah diberi susu UHT pun, Jav masih nagih nenen lagi hahaha.

Meskipun saya masih menikmati proses menyusui dan belum berniat untuk segera menyapih Jav, tetapi tidak dapat dipungkiri bahwa saya mulai galau mendengar pertanyaan-pertanyaan tentang Jav yang belum disapih. Seperti komentar-komentar tidak menyenangkan saat saya mengusahakan ASIX untuk Jav, saya sangat terganggu dengan perkataan orang-orang yang memberi tahu Jav bahwa nenennya sudah kosong, nenennya sudah enggak enak, dan kalimat-kalimat bohong lainnya. Saya tidak suka anak saya dibohongi. Lalu puncaknya adalah saat seseorang mengajak Jav mendatangi 'orang pintar' di Soreang agar 'diobati'. What?! Menyusu di atas dua tahun itu bukan penyakit, kenapa perlu 'diobati'? Saya yang saat itu sedang sensitif *salahkan PMS* merasa sakit hati. Tidak mungkin saya merelakan Jav untuk 'diobati' sehingga membuatnya tiba-tiba lupa untuk menyusu. Sedih sekali membayangkan Jav berhenti menyusu bukan atas kesadarannya sendiri. Tidak adil apabila dulu kami sama-sama belajar menyusu-menyusui, tapi berakhir tanpa kesepakatan kedua belah pihak.

Akhirnya saya bertekad untuk mulai serius menyapih Jav dengan cinta dan berkata pada Jav bahwa kami pasti bisa. Proses menyapih dimulai pada hari itu juga saat waktu tidur siang. Memang Jav sempat menangis, tetapi beberapa saat kemudian dia akhirnya tertidur di pelukan saya. Saya menangis *lagi-lagi salahkan PMS* hehehe. Sebagian hati saya merasa bangga karena berhasil menidurkan Jav tanpa nenen. Tapi sebagian lagi merasa sedih karena tidak bisa lagi melihat ekspresi Jav yang khas saat sedang menyusu. Di hari ketiga, saya tambah dengan  menyapih Jav saat tidur malam. Dan pada hari kelima, saya juga menyapih Jav saat dia terbangun di sepertiga akhir malam.

Dua minggu sudah berlalu. Jav sudah tidak pernah meminta nenen lagi. Sebelum tidur, kadang dia minta dibacakan buku cerita, kadang minta dipijit, kadang minta dibacakan Al-Quran, dan kadang langsung saja nyungsep di kasur tidur sendiri. Dan yang lebih membahagikan, sudah empat malam berturut-turut Jav tidur pulas dari malam sampai pagi tanpa terbangun di sepertiga akhir malam.

Setelah saya pikir-pikir lagi, selama ini sebenarnya Jav bukannya belum mengerti bahwa 'nenen untuk bayi', tapi dia pura-pura tidak mengerti. Buktinya, saya merasa takjub karena proses penyapihan ini berlangsung tanpa sakau dan galau. Awalnya saya khawatir Jav akan sedih seharian serta menangis hingga meronta-ronta sebelum tidur sampai dua jam seperti saat Jav disapih sementara ketika umurnya delapan bulan. Rupanya sekarang Jav memang sudah siap untuk disapih. Mungkin Jav juga sadar bahwa dulu, apa yang saya katakan tidak sesuai dengan apa yang saya rasakan, sehingga dia pun tidak menghiraukan kata-kata saya. Tetapi setelah saya tidak merasa ragu lagi untuk menyapihnya, Jav pun mengerti dan tidak menagih nenen lagi.

Pernyataan saya bahwa mendidik anak itu mudah kini terbukti lagi. Yang sangat tidak mudah itu adalah sebagai orang tua, saya harus menyiapkan mental yang kuat, tetap konsisten, dan selalu sabar dalam mendidik anak.

Dear Jav, Bunda bangga kita bisa sama-sama berhasil melewati tahap ini tanpa obat merah, tanpa brotowali, tanpa tensoplast, dan tanpa 'orang pintar'. Yeay! Namun masih banyak tahapan yang harus kita lewati di depan sana. Tapi Bunda yakin kita pasti bisa. Semangat! :)

7 comments :

  1. Fiuuhh... ikut tegang deh bacanya. Menyapih anak itu memang gampang-gampang susah ya. Awalnya memang gak tega. Tapi kalo berhasil, rasanya bahaga banget ya :-)

    ReplyDelete
  2. Selamat ya mbak, one step closer to be a great mother [more than before]...
    Dan untuk Jav.. may you be the light to your beloved ones .. amin..

    ReplyDelete
  3. Horeee...!

    Jav kereenn mamanya juga kereen.. :D

    ReplyDelete
  4. wah senang ya... seudah melewati proses menyapih tanpa obat merah dan "tipuan-tipuan" lain. Semoga saya juga bisa melewati proses itu dengan bahagia..

    ReplyDelete